aksiberamal.com

“Seratus unta betina untuk siapapun yang bisa menangkap Muhammad, hidup atau mati!”

Begitu bunyi pengumuman dari para pembesar Quraisy yang gelap mata mengincar Nabi Muhammad ﷺ. Seorang pemuda diam-diam menyelinap pergi, menyiapkan kudanya. Ia yakin, dua orang yang sempat dilihatnya berjalan keluar Mekkah adalah Nabi Muhammad dan Abu Bakar.

Pemuda ini adalah Suraqah bin Malik. Seorang pemburu hadiah alias bounty hunter dari Kampung Madlaji. Ketamakan menguasai dirinya.

Tak ingin berbagi hadiah dengan yang lain, ia memburu Nabi sendirian. Memacu kudanya kencang-kencang, akhirnya sosok yang dicari terlihat di balik sebuah bukit gurun.

“Benar! Itu Muhammad! Aku berhasil menangkapnya!” pekiknya senang. Bayangan 100 unta betina menari-nari di benaknya. Semakin dipaculah sang kuda, mendekati Nabi Muhammad ﷺ dan Abu Bakar.

Tapi tiba-tiba, Nabi menoleh ke arahnya. Seperti ada tembok tak terlihat, seketika kuda Suraqah terkapar. Suraqah terlempar, mendarat di atas pasir gurun.

Di tengah kebingungan, dilihatnya sosok yang ia buru mendekat ke arahnya. Tersenyum, mengulurkan tangan, dan membantunya berdiri. Lalu pergi melanjutkan perjalanan.

Suraqah terkesima. Tapi bayangan 100 unta kembali muncul di pikirannya. Suraqah bangkit, kembali memacu kudanya mengejar Nabi.

Tapi kejadian yang sama terulang. Mendekati Nabi, kudanya terjerembab lagi, menjatuhkan Suraqah kembali. Dan lagi-lagi, Nabi menghampiri Suraqah, tersenyum, membantunya berdiri, lalu kembali berjalan menuju Madinah.

Suraqah tertegun. Namun keserakahannya telanjur menguasai. Ia kembali mengejar Nabi.

Untuk ketiga kalinya, si kuda terjatuh saat mengejar Nabi. Tapi kali ini, Suraqah dan kudanya terbenam dalam pasir, lebih sulit bangkit dari sebelumnya. Anehnya, untuk ketiga kalinya pula, Nabi membantunya bangkit.

Seketika, runtuhlah ketamakan Suraqah. Ia mengejar Nabi.

“Aku berjanji tak akan mengganggu Tuan lagi,” kata Suraqah kepada Nabi.

“Tapi aku mohon, jika suatu saat Tuan dan agama Tuan menang, berilah aku jaminan atas keselamatanku,” pinta Suraqah. Maka Nabi meminta Abu Bakar menuliskan jaminan di atas sekerat tulang untuk Suraqah.

Saat menyerahkan jaminan itu, Rasulullah bertanya, “Yaa Suraqah, bagaimana jika suatu saat nanti kamu memakai gelang kebesaran Raja Persia?”

Suraqah ternganga. Di masa itu, Persia adalah kekaisaran besar. Dengan wilayah kekuasaan hampir setengah dunia. Maka ucapan Nabi seperti khayalan semata.

Akhirnya, Suraqah membiarkan Nabi melanjutkan perjalanan ke Madinah. Ia sendiri kembali ke Mekkah.

Bertahun kemudian, Rasulullah kembali ke Mekkah dengan kemenangan. Dalam suatu peristiwa bernama “Fathu Mekkah”. Pembesar Quraisy berbondong-bondong meminta maaf kepadanya.

Termasuk Suraqah bin Malik. Ia datang membawa jaminan di atas sekerat tulang dan langsung menyatakan keimanan dan keislamannya.

Namun kebersamaan Rasulullah dan Suraqah tak berlangsung lama. Sembilan bulan kemudian, Rasulullah wafat…

Adapun Suraqah diberi umur panjang hingga masa Khalifah Umar bin Khattab.

Suatu hari, Panglima Saad bin Abi Waqqash dan pasukannya pulang ke Madinah. Mereka adalah pasukan Islam yang memenangi Perang Qadisiyyah melawan Kekaisaran Persia.

Di hadapan sang Khalifah, panglima menyerahkan harta rampasan perang. Emas, permata, baju zirah, pedang, hingga perhiasan gelang, kalung, dan mahkota. Entah mengapa, Khalifah Umar memanggil Suraqah.

Kepadanya, Sang Khalifah memakaikan satu-persatu. Baju, celana, sepatu, pedang, hingga gelang dan mahkota kebesaran Raja Persia. Setelah itu, dipatut-patutnya Suraqah di depan yang lain.

“Maasya Allah, betapa hebatnya anak Kampung Madlaji ini,” puji Khalifah Umar.

Namun, Suraqah malah menangis tersedu-sedu. Seolah-olah dia mendengar lagi suara Rasulullah tercinta, di pertemuan pertama mereka.

“Yaa Suraqah, bagaimana jika suatu saat nanti kamu memakai gelang kebesaran Raja Persia?”

Tangis Suraqah semakin keras. Ia lari berkeliling Madinah sembari menangis dan berteriak, “Demi Allah, kekasihku tidak pernah berbohong! Kekasihku tidak pernah berbohong!”

“Ia tidak pernah berbohong. Ucapannya adalah janji yang pasti ditepati,” isak Suraqah.

Siapa yang menyangka, seorang anak kampung terpencil di Mekkah, bisa mengenakan gelang, mahkota, dan pakaian kebesaran Kaisar Persia penguasa separuh dunia.

Tak ada yang meramalkannya, kecuali Rasulullah. Itulah bukti nyata kenabian Muhammad ﷺ. Setiap ucapannya adalah kebenaran yang didasari wahyu, dibimbing Allah yang Maha Mengetahui kejadian di masa lalu dan masa depan.

“dan tidaklah (Muhammad) berkata dengan hawa nafsunya, melainkan (yang dikatakannya) adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)…”

2 komentar untuk “Kisah Nyata Anak Kampung dan Gelang Raja Persia”

  1. MasyaAllah tabarakallah panutan banget apa yg dibawa nya adalah kebenaran yg tak bisa dipungkiri

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *